DIWEK, Jombang, Garda 21 – Suasana penuh khidmat menyelimuti Desa Keras, Kecamatan Diwek, pada Sabtu (10/8/2024) lalu. Ratusan warga berkumpul untuk melaksanakan tradisi tahunan Sedekah Bumi, sebuah upacara adat yang melambangkan rasa syukur kepada Sang Pencipta atas berkah yang telah diterima melalui hasil bumi.
Acara dimulai pukul 07.00 WIB dari Dusun Mejono. Arak-arakan warga mengelilingi Desa Keras dengan membawa berbagai hasil bumi dan makanan tradisional. Prosesi ini berakhir di Punden Sentono Agung, tempat yang diyakini sebagai makam leluhur desa, hal tersebut juga sebagai penghormatan kepada leluhur yang telah mendirikan desa Keras.
Kepala Desa Keras, Sukardi, mengatakan bahwa tradisi ini telah dilaksanakan secara turun-temurun. “Sedekah Bumi bukan hanya sekadar ritual, tapi juga momen untuk mempererat tali persaudaraan antar warga.
“Ini juga sebagai ungkapan terimakasih kepada para leluhur yang menjadi cikal bakal Desa Keras” tutur kepala desa Keras.
Rangkaian acara meliputi pembersihan Punden Sentono Agung, pembakaran kemenyan, tabur bunga, dan prosesi adat Jawa lainnya. Puncak acara ditandai dengan doa bersama yang dipimpin oleh sesepuh desa.
Antusiasme warga terlihat jelas saat acara berebut gunungan hasil bumi. Gunungan setinggi dua meter yang berisi berbagai hasil pertanian dan makanan tradisional menjadi rebutan warga. Mereka percaya bahwa mendapatkan bagian dari gunungan akan membawa berkah.
“Saya sangat senang bisa ikut meramaikan acara ini. Rasanya seperti kembali ke masa kecil,” ujar Pak Harto (65), salah satu warga yang hadir.
Di sela-sela acara, beberapa stan kuliner dan kerajinan lokal juga dibuka, memberikan kesempatan bagi UMKM setempat untuk memamerkan produknya.
Menjelang sore, acara ditutup dengan pertunjukan wayang kulit yang mengangkat tema pelestarian alam. Dalang Ki Sudirman mengajak warga untuk tetap menjaga keseimbangan alam sebagai wujud syukur kepada Sang Pencipta.
Sedekah Bumi di Desa Keras tidak hanya menjadi bukti kekayaan tradisi nusantara, tapi juga cerminan semangat gotong royong dan rasa syukur masyarakat yang masih terjaga hingga kini.
Penulis : Julek